PMR SMKN 25

Rabu, 27 Oktober 2010

Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)


Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[1]


Sumpah Pemuda versi orisinal[2]:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


Kongres Pemuda Indonesia Kedua

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Peserta

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.


Gedung

Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong [3].

Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.[4]


Sumber : Wikipedia

TURUT BERDUKA CITA ...

(Tutur Prijono, Relawan PMI Cabang Bantul Yogyakarta)

Posko Markas PMI Yogyakarta menyampaikan, dari lampiran data pemerintah setempat, peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada Selasa sore kemarin (26/10) telah merenggut nyawa 16 orang. Satu diantaranya, adalah relawan PMI Kabupaten Bantul yang tengah bertugas membantu evakuasi warga di wilayah Sleman.

”Salah satu relawan kami telah meninggal dunia dalam tugasnya. Tutur Prijono, pada Selasa malam tadi meninggal dunia karena terkena serangan awan panas Gunung Merapi saat berupaya menyelamatkan warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, di Kabupaten Sleman,” tegas Titus Hapsara, Kadiv. Komunikasi PMI Yogyakarta, Selasa dini hari (26/10). Wilayah tersebut berada di lingkaran Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yang hanya berjarak 4-5 km dari puncak Merapi.

Atas peristiwa ini, pada Rabu pagi ini (27/10) Ketua Umum PMI Jusuf Kalla mengucapkan, ”Kami dari seluruh jajaran PMI mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya relawan PMI saat tugas peenyelamatan warga di lereng Merapi. Tutur Prijono menjadi salah satu pahlawan kemanusiaan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.”

Ia juga menyatakan bahwa PMI memberikan penghargaan berupa santunan kepada keluarga Tutur Prijono.

Teriring pula doa dan rasa duka cita mendalam dari segenap staf dan relawan PMI kepada Tutur Prijono dan keluarga yang ditinggalkan. Semoga seluruh pengabdiannya selama menjalankan tugas-tugas kemanusiaan PMI, akan selalu dikenang oleh anak negeri sebagai contoh yang mulia. Kepada anggota keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan.

Sementara itu, dari Posko Markas PMI Kabupaten Sleman dilaporkan hingga Rabu pagi ini, jumlah warga yang mengungsi mencapai 14.754 yang tersebar di 9 lokasi barak pengungsian. PMI Kabupaten Sleman mengerahkan 50 relawan dan 6 unit ambulans dalam operasi respon tanggap darurat Gunung Merapi. Operasi distribusi bantuan juga telah dilakukan. Bantuan PMI berupa masker, tikar, selimut, dan air minum kemasan.*




(Dok. Foto dari Humas Markas Pusat PMI)

Selasa, 26 Oktober 2010

MUSIBAH MELETUSNYA GUNUNG MERAPI

SEMARANG (Pos Kota) – Ribuan warga di Kabupaten Sleman dan Kaliurang panik ketika semburan awan panas (wedhus gembel) dimuntahkan dari kawah Gunung Merapi. Semburan awan panas kemudian disusul bunyi sirine early warning system (EWS) yang meraung-raung.

Merapi mulai memuntahkan awan panas atau yang akrab disebut penduduk setempat wedhus gembel, terjadi sekitar pukul 17.00 hingga pukul 18.45 Selasa (25/10).

Debu vulkanik sebelumnya telah melanda di kawasan Kaliurang. Turunnya wedhus gembel, disusul hujan debu makin pekat. Bau belerang juga semakin menyengat. Mendengar bunyi alarm, warga pun berebut dan berlari menuju angkutan-angkutan evakuasi. Petugas SAR yang telah siaga di Kaliurang kemudian membagikan masker, karena debu makin pekat dan bau belerang kian menyengat.

Hingga saat ini, proses evakuasi masih terus dilakukan. Sebagian besar warga diungsikan ke posko pengungsian di Desa Hargobinangun, Pakem.

LEBIH BESAR

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) DI Yogyakarta, Subandriyo, sebelumnya mengungkapkan, letusan Gunung Merapi tahun ini akan lebih besar dibandingkan dengan letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 1997, 2001 dan 2006 silam.

Hal itu diungkapkan Subandriyo, saat mengikuti rapat koordinasi dengan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo di Gedung Bakorlin, Magelang, Selasa (26/10).
Subandriyo menambahkan, energi yang tersimpan di Gunung Merapi saat ini mencapai 877.040 x 10 pangkat 12 ERG. “Biasanya energi yang dilepaskan selama erupsi hanya sekitar 250.000 x pangkat 12 ERG,” ungkapnya.

Menurut dia, sangat besarnya energi yang tersimpan tersebut, merupakan akumulasi energi yang tersimpan hingga 24 Oktober 2010, sedangkan deformasi mengarah ke selatan.

Sumber : Poskota.co.id

Senin, 25 Oktober 2010

LDKS PMR SMKN 25 TAHUN 2010

Pada tanggal 22 - 24 Oktober 2010 bertempat di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur dilangsungkan kegiatan LDKS Gabungan (OSIS + Eskul). Untuk kesekian kalinya PMR SMKN 25 turut serta berpartisipasi dalam acara tersebut. Sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMKN 25, PMR menggelar beberapa kegiatan antara lain pemberian materi Pertolongan Pertama, kemudian simulasi penaggulangan korban BOM, evakuasi korban bencara serta PBB. Acara juga diselingi oleh kegiatan Outboand, games-game dan kegiatan2 lainnya yang telah dipersiapkan oleh Panitia.

Salah satu tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar terjalin rasa kebersamaan, disiplin dan kemandirian para peserta. Juga bertujuan mendidik para peserta untuk dapat menumbuhkan jiwa sosial dan jiwa kepemimpinan yang mampu dan dapat melaksanakan tugas2 yang diberikan.

Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat menumbuh kembangkan daya imajinasi dan kreatifitas para peserta LDKS. Dan semoga anggota PMR SMKN 25 dapat melaksanakan Tri Bakti PMR dengan sebaik-baiknya serta dapat mengamalkan nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut sekilas foto-foto kegiatan LDKS PMR SMKN 25 Tahun 2010 ...